DuniaWirausaha.com - Singkong memang sudah akrab dengan masyarakat kita, dia adalah teman seperjuangan dari masa susah pangan hingga era modern saat ini. Memang singkong masih sering dilirik sebelah mata karena masih dianggap bahan pangan yang inferior. Bentuk olahannya terkesan itu-itu saja, kalau tidak digoreng ya direbus sebagai teman penghangat dikala hujan. Singkong memang sering dikaitkan dengan masyarakat kelas bawah yang tidak mampu mengkonsumsi bahan pangan masyarakat pada umumnya yaitu beras. Dia adalah teman senasib para kaum paria maka tak heran muncul istilah anak singkong yang memberikan gambaran konotasi mengenai kemiskinan.  Tapi itu dulu saat ini tanpa masyarakat sadari, singkong sudah jauh bermetamorfosis menjadi beragam produk dengan berbagai manfaat. Saat ini coba lihat di rak F & B toserba, ada beragam makanan ringan berbahan dasar dari singkong. Singkong dapat diolah menjadi keripik dengan berbagai merk bahkan pabrikan asingpun tidak malu memanfaatkannya. Tidak itu saja, banyak pengusaha makanan yang bisa kaya raya berkat singkong. Keripik singkong dari merk Maicih, Bukan si Emak, Keripik karuhun dan Keripik Baladonya Christine Hakim adalah beberapa contoh pelaku usaha yang dapat menjadikan mereka kaya raya berkat singkong. Dan hal ini membuktikan bahwa singkong dapat diangkat pamornya menjadi makanan berkelas atas.


Saat ini tanpa banyak diketahui khalayak umum, pemanfaatan singkong ternyata sangat beragam. Tidak hanya sebagai sumber pangan saja namun dapat diaplikasikan untuk berbagai kebutuhan manusia yang ramah lingkungan seperti pengganti styrofoam, plastik cepat urai, bahan medis, bahan pangan (mie) hingga sumber bahan bakar alternatif yang renewable. Kini banyak pihak sudah mulai menyadari bahwa singkong ternyata tidak melulu sebagai stigma kemiskinan namun melalui singkong banyak pihak dapat mengambil keuntungan ekonomi dan dapat mengangkat harkat martabat banyak orang termasuk para petani miskin.  Tidak mengherankan banyak lahan yang semula menganggur tidak terurus kemudian berubah fungsi menjadi lahan penanaman singkong. Bahkan banyak investor yang tdak ragu untuk membenamkan investasi dalam kebun singkong. Pembukaan lahan baru kebun singkong tidak hanya dalam hitungan hektar tapi bisa dalam hitungan ribuan hektar dengan menggandeng pemerintah daerah setempat untuk pemberdayaan ekonomi lokal dengan melibatkan ribuan petani. Semua pihak yang terlibat disini percaya bahwa singkong dapat sebagai sumber ekonomi yang luar biasa. Saat ini, berbagai industri antusias mengembangkan berbagai produk berbahan dasar singkong, dari industri pangan hingga wirausahawan bahan bakar biofuel. Industri makanan ringan sangat tergantung kepada pasokan tepung singkong olahan atau modified cassava flour (mocaf) bahkan pasar internasional sangat terbuka membutuhkan banyak permintaan singkong. Negara seperti Korea, Taiwan dan China sangat tergantung kepada tepung tapioka impor dan menjadikan China sebagai negara importir tepung singkong terbesar dunia.

Baik di tingkat hulu hingga hilir Petani pekebun singkongpun ikutan kecipratan rejeki dari kemeriahan ini. Singkong yang dahulu disia-siakan karena harga jualnya murah kini kembali ditekuni petani karena harga jualnya menunjukkan kenaikan. Saat ini petani di Lampung bersuka cita karena harga singkong di kebun sudah meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun kemarin karena kenaikan permintaan tepung tapioka. Biaya tanam singkong juga relatif murah karena tanaman ini tidak membutuhkan perawatan yang njlimet. Dahulu petani asal menanam dan dibiarkan saja tanpa dirawat kemudian ditunggu 9-10 bulan kemudian, singkong tetap dapat dipanen. Namun untuk memaksimalkan hasil panen, tanaman singkong perlu perhatian dan perlakuan secara intensif. Dari sebatang tanaman singkong dapat dipanen 10-15 kilo singkong segar. Dari lahan penanaman seluas 3.500 meter saja dapat dipanen 21 ton atau dapat menghasilkan uang sebesar Rp 25 jutaan per masa panen.

Penanaman singkong sebenarnya dibedakan untuk tujuan produksi pangan atau non pangan. Tujuan produksi ini akan membedakan bibit singkong yang akan digunakan. Bibit singkong non konsumsi pada umumnya memiliki kadar racun sianda (HCN) yang lebih tinggi dibandingkan bibit untuk pangan. Kadar racun ini biasanya ditunjukkan dengan rasa pahit. Untuk menetralisir racun singkong ini biasanya dilakukan perendaman atau fermentasi. Untuk produksi singkong pangan dapat menggunakan bibit tertentu seperti jenis adira dan malang. Singkong untuk bahan pangan ini lebih enak karena mengandung kadar pati yang lebih tinggi dan racun yang lebih rendah. Untuk memaksimalkan hasil produksi, kebun singkong dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain seperti kacang-kacangan,  tomat, jagung atau cabai.



Singkong adalah tanaman sahabat sejati masyarakat nusantara. Singkong menemani masyarakat dari zaman susah pangan hingga era internet saat ini. Singkong dahulu hanya dipandang inferior namun kini mendatangkan potensi ekonomi yang luar biasa. Tidak hanya konsumen dalam negeri saja yang butuh, pasar internasional pun meminta pula. Produk hasil olahan singkong dapat beragam wujud dari produk pangan hingga produk bahan bakar. Dengan segala manfaat yang dikandungnya membawa harapan dari industri hulu hingga hilir termasuk petani berharap dapat meningkatkan taraf ekonomi mereka. Selamat Wirausaha.


Info Kursus
KURSUS TRISTAR :
Jl. Rungkut Mapan Utara CA-24
Surabaya - Jawa Timur
Indonesia
Telp. (031) 8794764-65
Fax. (031) 8722794
Hp. 0857 31051010

TRISTAR JAKARTA :
Flexy. (021) 70288024
Star 1.(021) 68767670
Fax. (021) 5676594

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah meninggalkan pesan di blog ini. Semoga informasi di web ini dapat bermanfaat.

 
Top