DuniaWirausaha.com - Kopi adalah salah satu minuman tertua yang dikenal oleh manusia. Kebudayaan minum kopi ditemukan dari kebudayaan bangsa Ethiopia 3.000 tahun silam sebagai minuman yang berkhasiat dan berenergi. Kemudian kebiasaan ini menyebar hingga sampai ke nusantara dengan penanaman tanaman kopi secara besar-besaran oleh Belanda di tanah air pada 1690. Saat ini Indonesia termasuk negara pengekspor kopi dunia dengan beberapa daerah penghasil specialty coffee. Salah satu kopi eksotis yang sangat enak dan mahal harganya adalah kopi luwak. Kopi luwak (civet coffee) termasuk kopi yang mahal harganya dan penggemarnya hingga manca negara. Kopi ini bila disajikan di kafe-kafe ternama harga percangkirnya mencapai $ 50 atau sekitar Rp 450 ribuan per cangkir.
Awam mengetahui bahwa kopi luwak dihasilkan dengan bantuan pencernaan musang atau luwak dari sekresi luwak yang bercampur dengan biji kopo. Hewan luwak atau musang (paradoxorus hermaproditus) memang ahli memilih kopi yang sudah matang. Dengan bantuan enzim dan bakteri yang ada di perut luwak dihasilkan kopi dengan aroma dan rasa yang sempurna. Meski beraroma harum dan enak rasanya, namun tidak semua penggemar kopi menyukainya. Mereka merasa kurang nyaman bila mengkonsumsi sesuatu yang tercampur dengan kotoran si musang. Nah...bagaimana jika dilakukan rekayasa proses pematangan biji kopi ini sama seperti yang terjadi dalam perut luwak namun tanpa melibatkan luwak sendiri ? Tentu akan menghasilkan kopi yang sangat mirip dengan kopi luwak namun bersih dari kotoran luwak. Ini adalah peluang yang bagus karena ada beberapa keuntungannya seperti harga kopi hasil fermentasi ini akan mahal, pemrosesannya tidak terlampau sulit, meningkatkan kemampuan produksi dan membuka pasar yang lebih luas lagi.
Selama ini dalam menghasilkan kopi luwak salah satu kendala yang dihadapi adalah biaya pemeliharaan luwak yang mahal. Luwak ini tetap harus diberi asupan kopi meski diluar musim selain asupan lainnya. Kendala lain adalah produksi yang terbatas tergantung kemampuan seekor luwak untuk memproses pematangan biji kopi. Seekor musang secara rata-rata menghasilkan biji kopi 150 - 200 g perhari. Jadi untuk menghasilkan kopi luwak seberat 1 kilogram butuh waktu kurang lebih satu minggu. Namun kini ditemukan metode baru dengan memanfaatkan bakteri yang ada di kotoran luwak sebagai bahan pembuat ragi kopi luwak. Selain penggunaan bakteri, rekayasa kopi luwak tanpa luwak juga bisa memanfaatkan getah pepaya (papain) sebagai protease yang berguna dalam memecah protein meniru proses seperti halnya yang terjadi dalam perut musang.
Berikut ini adalah pemanfaatan papain dalam pembuatan (fermentasi) kopi yang mendekati citarasa kopi luwak adalah sebagai berikut :
- Pilih biji kopi yang matang dengan warna kulit kopi yang merah gelap.
- Buat larutan fermentasi dengan proporsi bubuk papain sebanyak 0,2-05 % dari jumlah volume air.
- Rendam biji kopi yang masih berkulit kedalam larutan papain yang sudah disiapkan hingga 48 jam.
- Kupas dan jemur biji kopi dibawah sinar matahari hingga kadar air 10-15 %
- Goreng sangrai biji kopi hingga kecoklatan
- Giling atau simpan biji kopi untuk digunakan lebih lanjut
- Kemas dalam ukuran yang sesuai
Pemasaran kopi luwak selain dipasarkan langsung dengan menjalin kemitraan dengan retailer pemroses kopi luwak bisa juga dipasarkan melalui internet. Dengan bantuan internet, pasarnya bahkan lebih terbuka luas tidak hanya pasar lokal namun hingga pasar internasional. Seringkali konsumen asingpun perlu menengok secara langsung proses menghasilkan kopi luwak ini agar yakin mengenai keaslian produk tersebut.
Memproduksi kopi luwak tanpa bantuan musang atau luwak adalah sebuah teknik baru dalam menghasilkan kopi luwak. Dengan bantuan bakteri yang sebelumnya ada dalam perut musang atau pemanfaatan papain dapat digunakan sebagai rekayasa kopi luwak tanpa luwak ini. Meski belum bisa menyamai citarasa kopi luwak sejati namun kopi luwak tanpa luwak ini hampir menyamai citarasa kopi luwak asli yang hanya terpaut 4 angka dalam standar Specialty Coffee Association of America (SCAA). Dengan teknik rekayasa ini minimal akan semakin meningkatkan segmen penikmat kopi luwak yang sebelumnya ogah mengkonsumsi karena alasan kurang nyaman. Cara baru ini juga akan meningkatkan harga produksi kopi secara umum karena peningkatan citarasa kopi yang mendekati kopi luwak sejati. Selamat Wirausaha.
Sumber : Trubus
Sbr gbr: secondnaturearomatics.com
Sumber : Trubus
Sbr gbr: secondnaturearomatics.com
0 comments:
Post a Comment
Terima kasih telah meninggalkan pesan di blog ini. Semoga informasi di web ini dapat bermanfaat.