DuniaWirausaha.com - Ternyata kelezatan ikan nila (Oreochromis sp) tidak kalah dengan ikan-ikan air tawar lainnya. Ikan nila bisa diolah menjadi berbagai masakan yang menggoyang lidah. Ikan ini bisa dimasak menjadi ikan goreng/bakar, tumis, asam manis dll. Oleh karena kelezatannya, nila masuk daftar menu di resto atau warung makan yang banyak bertebaran dimana-mana. Ikan nila memperkaya khasanah ikan konsumsi air tawar selain ikan mas, ikan gurami, tawes dll. Meski bukan ikan asli Indonesia karena didatangkan dari benua Afrika pada era 70 an. Ikan nila memiliki keunggulan karena daya adaptasi yang tinggi serta tahan terhadap penyakit menjadikan ikan ini menjadi alternatif pilihan petani/petambak ikan. Para petani juga memilih ikan ini selain mudah dalam pemeliharaan, mudah dikembang biakkan serta irit pakan karena nila memiliki sifat omnivora. Masyarakat sebagai konsumen menyukai pula karena kandungan gizi, kelezatan dan harganya yang terjangkau.


Dengan semakin dikenalnya ikan nila sebagai ikan konsumsi oleh masyarakat menjadikan permintaan ikan nila terus naik. Tak mengherankan konsumsi ikan nila semakin menggeliat membuka peluang usaha baik disektor pembenihan ataupun pembesaran. Saat ini banyak pihak yang membudidayakan ikan nila baik dalam tambak, karamba ataupun kolam terpal. Peluang usaha baik pembenihan maupun pembesaran sama-sama memberikan potensi ekonomi, namun usaha pembenihan memiliki keunggulan karena modal yang harus disiapkan lebih minim dibandingkan usaha pembesaran. Selain itu, pembenihan nila bisa dilakukan dalam lahan sempit, bisa dalam kolam terpal dan waktu panen sebagai bibit ikan lebih singkat. 

Dalam usaha budidaya pembenihan ikan nila perlu dipersiapkan 3 jenis kolam yaitu kolam pemijahan, monosexing dan kolam pendederan. Pembuatan kolam-kolam ini sebaiknya cukup mendapatkan cahaya matahari/ tidak dibawah bayang-bayang pohon besar, aman dari pemangsa ikan seperti kucing, musang, biawak dll. Struktur kolam sebaiknya lebih tinggi dibandingkan tanah sekeliling agar mencegah ikan keluar kolam bila terjadi banjir. Pematang kolam sebaiknya  dibuat cukup kuat karena ikan ini memiliki kebiasaan membuat lubang pada dinding kolam. Kualitas air juga harus senantiasa dijaga dengan tingkat keasaman (Ph) berkisar antara 6-8,5, suhu air antara 25-30 derajat celcius dan tidak terlalu keruh. 

Agar mencapai nilai ekonomis yang tinggi dalam mendapatkan burayak/larva benih ikan dapat melakukan pembenihan secara massal dalam kolam. Cara ini dengan melakukan sexing dalam jumlah banyak antara pasangan indukan jantan dan betina dalam kolam pemijahan dengan perbandingan 1:3. Calon indukan yang ideal memiliki bobot minimal berkisar 300 gr/ekor dengan kepadatan tebar indukan 3 ekor per m2. Untuk mendapatkan calon indukan yang berkualitas dapat melakukan seleksi indukan dengan memilih calon indukan yang sehat dan tidak cacat atau mendapatkan calon indukan dari tempat pemuliaan indukan ikan dari balai perikanan setempat. 

Selama pemeliharaan pasangan indukan diberi pakan sebesar 2 % dari bobot total dan diberikan sebanyak 3 kali perhari. Siklus pemijahan indukan antara 45-50 hari. Setelah beradaptasi selama 2 minggu dalam kolam pemijahan, calon indukan akan mulai bertelur atau menghasilkan anakan. Larva ikan bisa diambil dengan bantuan serokan halus dan ditempatkan dalam kolam jantanisasi (monosexing). Masing-masing kolam pendederan disesuaikan seragam sesuai umur larva ikan untuk mencegah dominasi anakan ikan yang besar. Setelah pemijahan indukan betina dapat diistirahatkan selama kurang lebih 3-4 minggu. Selama masa pemulihan ini indukan dapat diberikan pakan dengan kadar protein tinggi. 

Agar mendapatkan nilai ekonomi yang tinggi perlu melakukan rekayasa monosexing/jantanisasi  dengan pemberian hormon agar didapatkan anakan/larva ikan jantan seluruhnya. Kolam-kolam anakan ini kemudian diberi pakan berupa campuran tepung dengan hormon 17 Alpha Methyl Testosteron selama kurang lebih 2 minggu. Baru kemudian anakan hasil dari proses jantanisasi ini bisa dipindah ke kolam pendederan dan dipelihara selama kurang lebih 21 hari (3 minggu) untuk mendapatkan anakan nila berukuran 3-5 cm yang siap untuk dipasarkan (bahkan larva anakan nila yang masih berukuran 1 cm pun sudah laku untuk dijual kepada petani pembesaran). Untuk meminimalkan angka mortalitas, anakan ikan perlu dipuasakan satu hari sebelum dikirim. Wadah pengiriman bisa dalam bentuk kantong-kantong plastik dengan diberi oksigen dengan komposisi air hanya 1/3 dan sisanya adalah oksigen murni. Dan kemudian anakan ikan nila ini siap untuk di distribusikan ke pembeli. 

Membuat jaringan pemasaran dengan membangun kemitraan perlu dilakukan agar penjualan anakan ikan tidak terkendala. Agar mitra senang, pemberian bonus anakan diberikan lebih banyak untuk mitra dibandingkan dengan konsumen non-mitra. Selain itu untuk menjaga kepercayaan pembeli perlu memberi garansi bila terjadi kematian larva selama perjalanan. Selamat Wirausaha.

BBI Tambak Sogra
Ds. Tambak Sogra Kec. Sumbang Banyumas - Jateng
Telp: (0281) 636149

Balai Pengembangan Benih Ikan Air Tawar (BPBIAT)
Jln. Cipulus Desa Nagrog Kecamatan Wanayasa
Purwakarta – 41174
No. Telpon/Fax  : 0264-2632635/ 0264-2632624
e-mail   :  bpbiwanayasa@gmail.com





0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah meninggalkan pesan di blog ini. Semoga informasi di web ini dapat bermanfaat.

 
Top