DuniaWirausaha.com - "Pak, potong rambutnya dimana ? Kok hasilnya seperti pentol korek". Itu komentar istri setelah saya selesai pangkas rambut. waduhh....batin saya."Tu potong di dekat pasar", jawab saya. Saya sebagai pemilik rambut tentu memendam rasa malu dengan hasil cukuran model begini. Memang sih... ongkosnya murah. Waktu itu hanya bayar goceng alias lima ribu only. Namun, nilai malu bila dilihat teman kalau model potong rambutnya memang aneh bisa melebihi ongkos yang hanya goceng itu.  Bagi konsumen pria, bercukur atau potong rambut bukanlah pekerjaan mudah. Dia harus menentukan pilihan apakah mau ke salon rambut atau barbershop. Mau ke salon ? kebanyakan salon mempekerjakan wanita  sebagai kapsternya. Bahkan salon tertentu hanya mengkhususkan konsumen wanita dan tertutup bagi pria. Bagi sebagian pria juga mungkin kurang sreg bila kapsternya wanita (mungkin dengan alasan taste saja yang kurang pas). Bila kemudian memilih ke barbershop yang belum ia kenal, maka ia juga akan gambling. Bisa jadi hasilnya amburadul meski ongkos potong rambutnya murmer.  Ia bakal menanggung malu dengan potongan rambut yang aneh selama berhari-hari bahkan hitungan minggu.


Sebenarnya barbershop adalah jasa yang banyak dibutuhkan oleh kaum adam. Dengan jumlah populasi penduduk yang terus tumbuh. Serta dengan jumlah banyaknya kepala yang harus di pangkas rambut nya secara rutin.  Tentu segmen pangkas rambut pria ini bukan pangsa pasar yang bisa dianggap remeh. Pangsanya bueessar banget....dengan angka persaingan yang masih rendah (toh masih jarang kan ketemu barber...kalaupun ada biasanya harus ngantri giliran). Selama ini penyedia jasa barbershop (di p. Jawa) hanya dikenal dengan dua nama generik yaitu 'potong rambut madura' atau 'potong rambut sunda' (mungkin penamaan ini berdasarkan asal-usul dari para tukang potong rambutnya saja). 

Dari dua nama penyedia jasa potong rambut ini bisa dikatakan dalam ongkos dan kualitasnya sama. Hanya untuk potong rambut sunda, konsumen biasanya diberi tambahan pijat kepala saat selesai cukur.  Kalau kita amati ada beberapa hal yang menjadikan mereka terkesan kurang profesional dan kurang marketable. Kebanyakan keahlian para penata rambut tradisional ini didapatkan secara otodidak. Cara mereka memotong rambut juga tidak sistematis. Bahkan diantara mereka sendiri terkadang memiliki style memotong yang berbeda. Model potongan rambut yang mereka kuasai yang itu-itu saja. Kios yang mereka gunakan sering dengan tampilan sederhana. Dengan bangku tunggu dan alat cukur seadanya. Ruangan yang sudah sumpek ini terkadang diberi kipas angin (yang bahkan menerbangkan rambut sisa cukuran). Alat-alat cukur termasuk handuk digunakan berkali-kali untuk beberapa konsumen. Ini yang terkadang agak risi bila cukur di barber tradisional. Dan sering mengundang pertanyaan dari sisi higienis. Jangan-jangan dari pisau cukur dan handuknya menularkan penyakit ke konsumen lain. 

Bisnis barbershop ini sebenarnya masih prospektif. Mari kita benahi dengan menghilangkan hal-hal yang negatif dari potong rambut (barbershop) tradisional ini. Dengan situasi layanan yang semakin nyaman dan aman maka akan semakin banyak menarik pelanggan. Saat ini memang sudah mulai muncul beberapa barbershop plus dengan tampilan yang lebih cozy dan modern. Kalau berkunjung di mall, sudah ada barbershop berkelas tentu dengan layanan dan harga yang bersaing dengan salon kecantikan. 

Bila ingin membuka barbershop plus dan menjadikan usaha ini sukses, kita bisa belajar banyak dari layanan pangkas rambut alias barber tradisional yang sudah ada selama ini. Dan tentu saja melakukan perbaikan-perbaikan dari layanan tersebut. Pertama yang harus dipersiapkan adalah lokasi, lokasi dan lokasi. Lokasi barber bisa berada dilingkungan perumahan, dekat dengan sekolah, kampus, pinggir jalan, dekat pasar tradisional ataupun modern. Yang penting usaha yang akan dijalankan banyak dikunjungi oleh calon konsumen. Kios barbernya bisa dibuat semenarik mungkin dengan penulisan papan nama yang jelas dan menarik. Ruang  potong rambut dibuat terang namun nyaman  dengan menyediakan lampu penerang yang cukup disertai adanya mesin pendingin/AC (toh harga satu set AC sudah semakin murah dan bukan lagi menjadi barang mewah - pen).  Sambutan yang ramah dan bersahabat kepada konsumen bisa menjadikan konsumen baru akan menjadi pelanggan yang loyal. Senantiasa menjaga kebersihan dengan rajin membuang sisa rambut yang berceceran.  Perlu disediakan minuman kecil dan bahan bacaan bagi pelanggan yang menunggu giliran. Alat-alat cukur termasuk gunting, pisau cukur dan handuk sebaiknya hanya digunakan untuk sekali (setelahnya bisa dicuci/disinfektan sebelum digunakan kembali agar bersih dan aman, gitu). Sehingga mengesankan lebih bersih dan lebih sehat. Hal yang terpenting adalah menjaga kualitas SDM yang kompeten khususnya dalam keahlian memotong rambut. Agar lebih standar dalam hal potong rambut para tukang potong rambut ini sebaiknya di kursuskan penataan rambut terlebih dahulu agar memahami ilmu tata rambut yang baik. Toh... lembaga kursus penataan rambut sudah banyak dijumpai. Berikan tips perawatan kesehatan rambut karena seringkali konsumen juga tidak paham bagaimana merawat rambut yang benar. Dan hanya tahu bahwa rambut dikepala hanya dikeramas dan dipotong bila sudah panjang, thats it. Untuk menambah pemasukan bisa melakukan cross selling dengan menyediakan produk-produk perawatan rambut setelah diberi konseling. Dan terakhir, ongkos layanan itu semua tidak membuat kantong bolong bagi konsumen disesuaikan dengan kenyamanan yang diberikan :). Selamat Wirausaha.   

0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah meninggalkan pesan di blog ini. Semoga informasi di web ini dapat bermanfaat.

 
Top