DuniaWirausaha.com - Kita seringkali ingat yang namanya kambing bila mendekati hari qurban saja. Namun waktu selebihnya terlupa kembali. Hal ini bisa dimaklumi karena kambing bagi khususnya masyarakat kota relatif  jarang dipelihara oleh masyarakat.  Berbeda dengan hewan produksi lainnya seperti ayam. Meski demikian kalau kita merunut sejarah awal peradaban manusia, kambing  adalah hewan yang sudah lama dekat dengan manusia. Bahkan konon kambing adalah hewan peliharaan manusia kedua setelah manusia berkawan dengan anjing. Bangsa-bangsa duniapun sudah lama mengenal kambing. Maka tak mengheraankan dikenal beberapa jenis kambing seperti kambing Saenen (Swiss), kambing Etawa (India) dan kambing anatolia (Suriah).  Bahkan di Indonesia sendiri ada beberapa jenis kambing endemik seperti kambing Kacang (Jawa), kambing Muara (Tapanuli), dan kambing Samosir.     




Biasanya masyarakat memelihara kambing hanya untuk produksi daging saja. Berbeda dengan memelihara sapi yang multi guna, bisa diambil daging atau susunya. Namun jangan salah sebenarnya kambing juga bisa berfungsi sebagai hewan perahan susu juga. Memang, kebiasaan masyarakat beternak kambing hanya sebagai penghasil daging tidak dapat dipungkiri karena kebanyakan jenis kambing yang ada memang dari jenis pedaging. Memelihara kambing perah sebenarnya lebih menguntungkan dibandingkan dengan kambing pedaging karena memberikan nilai ekonomi lebih tinggi.  Susu perahan adalah hasil produksi tambahan yang dapat diambil setelah induk betina kambing melahirkan anaknya. Dipasaran harga susu kambing ini harganya bahkan berlipat-lipat lebih mahal dibandingkan dengan harga susu sapi. Beberapa jenis kambing dari ras unggul bahkan bisa menjadi sumber tambang yang menguntungkan karena produksi daging yang tinggi dan juga menghasilkan susu yang bernilai ekonomi tinggi pula. Maka pantas kambing perah disebut sebagai hewan dwifungsi yang akan mendongkrak ekonomi masyarakat khususnya masyarakat pedesaan.  

Masyarakat pada umumnya mungkin sudah mengenal kambing PE alias peranakan etawa. Kambing PE ini adalah persilangan antara kambing lokal dengan kambing etawa. Kambing PE ini dikenal unggul karena bentuk badan yang bongsor dan juga berperan sebagai kambing perah pula.  Namun kini dikembangkan pula oleh para peternak kambing lokal dengan mengawinkan kambing PE ini dengan kambing Saenen. Kambing Saenen ini memang sudah terkenal sebagai kambing produksi susu yang bagus. Dari persilangan tersebut kemudian lahir anakan yang dikenal dengan kambing Sapera. Sapera adalah kepanjangan dari kambing "Saenen peranakan etawa". Kambing Sapera ini mewarisi genetika indukan yang memang unggul khususnya sebagai kambing susu.

Kandang atau lokasi pemeliharana kambing Saenen ini sebaiknya dipilih tempat yang cukup teduh dan tidak terpapar lansung panas matahari dan hujan,  serta tidak bising. Bentuk kandang bisa berbentuk panggung karena akan mengurangi resiko lembab atau becek. Bentuk kandang ada yang berbentuk soliter ataupun koloni. Kandang koloni untuk memelihara anakan kambing sedangkan kandang individul untuk memelihara indukan, termasuk untuk mengisolasi kambing yang sakit. 

Pakan kambing sebaiknya dikombinasikan menjadi pakan yang kaya akan nutrisi baik karbohidrat, protein, lemak, mineral dan berbagai vitamin. Sumber pakan tersebut bisa berasal dari pakan hijauan dan konsentrat. Pakan hijauan bisa berasal dari rumput dan dedaunan. Beberapa jenis rumput yang biasa dikenal sebagai sumber pakan adalah rumput gajah, rumput raja, jerami, daun tebu dll. Sedangkan dedaunan seperti daun lamtoro, turi, singkong, ketela dlsb. Pakan hijauan segar bisa langsung diberikan kepada hewan, kecuali pakan dari tanaman bergetah sebaiknya dilayukan terlebih dahulu. Sedangkan pakan konsentrat bisa diberikan dari silase. Silase adalah fermentasi dari pakan hijauan. Silase merupakan pakan penolong peternak bila musim kemarau tiba dimana pakan hijauan akan berkurang. 

Kambing Sapera ini bisa sebagai hewan produksi susu saat mengalami masa laktasi atau setelah beranak. Masa laktasi bisa selama 8 bulan. Namun tidak semua susu diambil sebagai susu produksi tapi berbagi dengan anakan kambing. Pada hari pertama hingga hari ketujuh sebaiknya susu hanya diberikan kepada anakan kambing karena kaya akan kolostrum sehingga bagus untuk pertumbuhan dan kekebalan tubuh anak kambing. Setelah seminggu kemudian, baru kemudian indukan kambing bisa diambil susunya. Dalam satu hari sebaiknya induk kambing diperah sebanyak dua kali pada pagi dan sore hari. Untuk meningkatkan produksi susu bisa ditambahkan pakan dari daun dadap, daun pepaya, daun turi ataupun daun katuk.          
  
 Susu adalah produksi peternakan yang mudah rusak oleh karena itu harus dilakukan perlakuan paska produksi dengan pengawetan. Pengawetan ini bukan dengan menambahkan susu dengan bahan pengawet namun dengan mengolah produksi susu menjadi aneka produk turunan yang lebih tahan lama seperti menjadi susu busuk, karamel, yoghurt, kefir, dodol, kerupuk susu dsb.
Hasil produksi susu baik dalam bentuk susu cair ataupun produksi olahan bisa dipasarkan/dititipkan ke beberapa pihak seperti warung susu segar, toko oleh-oleh hingga dijual secara online dengan membuat toko online ataupun berdagang di forum jual beli. Selamat Wirausaha.




Informasi lanjut :

Ciangsana Farm
Cibubur_Jakarta
021-92641159 / 081585000039
Website :cintakambing.wordpress.com

Kert Farm
081572002211 BB : 20D68EDE
Email : kertfarm@gmail.com

AGUS SUSANTO
Telp: 021-92641159 / 0815 85 0000 39

Sbr gbr: TROBOS.COM






0 comments:

Post a Comment

Terima kasih telah meninggalkan pesan di blog ini. Semoga informasi di web ini dapat bermanfaat.

 
Top